Pagi ini, mendung dan dingin semakin berbekas di tulang-tulang. Alhamdulillah, segenggam gandum dan sekerat daging telah terpanggang di perapian, di samping air yang selalu mewadah di perut-perut kerontang kami yang mengalir di kerongkongan yang menyeruakkan takbir-takbir kami.
"Beruntung sekali, darimana segenggam gandum dan sekerat daging itu?"
"Amru kecilku yang telah mencurinya dari gudang Israel."
"Mencuri?"
"Iya."
"Tidakkah engkau takut dosa?"
"Sebenarnya aku mengambil hakku. Ladang-ladang kita telah ludes oleh rampasan Israel."
"Lalu kenapa hanya segenggam saja?"
"Untuk segenggam saja Amru kecilku harus terengah-engah. Tujuh lapis dinding gudang dan lima orang pasukan Israel terlalu gagah untuk dia."
Mereka mengangguk, saling berpandangan, dan menahan pedih tercekat di hati mereka sambil mengingati putra-putra mereka yang tak boleh lemah dan menyerah. Jugabuntuk istiqamah yang harus selalu mereka kucurkan untuk lelaki dan buah hatinya,"Jangan pulang, Nak! Ibu tidak akan menerimamu jika ketakutan masih merajai hatimu!"
Mereka menghela napas panjang.
"Di manakah Amru kecilmu sekarang?"
"Ia tengah menyunting kekasihnya."
"Ha? Siapakah, di manakah kekasih hatinya ada?"
"Bidadari di surga Allah."
.........
Kisah Anak Palestina "Panggilan Rindu dari Langit"
0 komentar:
Posting Komentar